Mengenai Saya

Foto saya
Depok, White Town, Christmas Island
Manusia Biasa

Selasa, 18 Agustus 2009

Narkoba Identik dengan Ranjau

Ditanam hari ini bisa meledak puluhan tahun kemudian. Itulah ‘bom tanam’ atau ranjau darat dalam perang Vietnam. Efek sama ada pada narkoba yang merujuk penelitian bisa mengakibatkan penyakit otak di kemudan hari kendati si pengguna sudah tobat. San Francisco, GhaboNews - Kaum muda yang menggunakan zat adiktif ‘methamphetamine’, punya kemungkinan lebih besar terkena penyakit otak, jauh di masa mendatang setelah mereka tak lagi menggunakan Narkoba itu, ungkap suatu penelitian, Selasa (14/8).

Para ilmuwan meneliti hipotesis yang sudah ada yaitu penyalahgunaan methamphetamine pada masa muda dapat menyebabkan gejala yang sama dengan penyakit Parkinson, tulis jurnal ‘Neuroscience’.

Para peneliti membagi tikus-tikus percobaan dalam dua kelompok, satu diberi methamphetamine sedangkan lainnya diberi suntikan air garam, masing-masing sebanyak empat kali dalam kurun waktu delapan jam.

Satu kelompok tetap normal sedangkan lainnya menderita penurunan glial derived neurotrophic factor (GDNF), protein yang bertugas melindungi serta memperbaiki dopamin, syarat pengantar yang penting, di belahan otak yang mengendalikan motorik.

Berkurangnya sel syaraf yang memproduksi dopamin adalah penyebab utama penyakit Parkinson.

Saat penelitian dilakukan, tikus-tikus itu berumur 2,5 bulan, yang berarti masih ‘remaja’ saat penelitian dimulai.

Ketika mereka berumur 12 bulan, tikus yang mengalami penipisan GDNF gerakannya jauh lebih sedikit dibanding tikus normal yang mendapat suntikan methamphetamine.

Efek seketika dari pemberian methamphetamine itu sangat besar pada tikus yang mengalami penipisan GDNF.

"Penelitian itu memastikan adanya kemungkinan konsekwensi masalah kesehatan jangka panjang atas epidemi penyalahgunaan methamphetamine yang saat ini terjadi pada kaum muda," kata Jacqueline McGinty, pemimpin penelitian dari Medical University of South Carolina kepada AFP.

Methamphetamine yang bahasa jalanannya adalah ‘speed’, ‘crystal’ or ‘ice’, adalah perangsang yang sangat menyebabkan ketagihan dan membuat orang tetap terjaga serta menghilangkan nafsu makan.

Methamphetamine dapat berbentuk pil, dirokok, diisap lewat hidung, atau disuntikkan. Penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan halusinasi dan ‘stroke’.

Hampir 12 juta orang Amerika Serikat pernah menggunakan methamphetamine, menurut data federal 2004.

Kasus Narkoba di Indonesia Terus Meningkat
Kapanlagi.com - Kasus narkoba di Indonesia terus meningkat penyebarannya, karena saat ini sudah menjangkau masyarakat lapisan bawah sehingga harus dilakukan berbagai upaya untuk mencegahnya.
Penyebaran narkoba lebih cepat meluas, karena saat ini sudah menjangkau lapisan bawah bukan masyarakat menengah ke atas saja, kata konsultan ahli badan narkotika nasional (BNN), Brigjen Pol Drs, Noldy Ratta di Palembang, Sabtu.
Menurut dia, kalau lapisan bawah, mereka menggunakan dan harus menjual, karena tidak memiliki uang untuk membelinya sehingga penyebarannya lebih luas, sedangkan masyarakat menengah ke atas hanya sebagai pemakai saja.
Selain itu bisnis narkoga memang orang lebih gampang dalam mendapatkan uang, katanya.
Dikatakannya, orang menggunakan narkoba ini bukan hanya remaja saja, tetapi ada berumur 78 tahun, namun yang rentan memang usia 15-26 tahun bahkan eksekutif berusia 24-29 tahun juga banyak memakai barang haram tersebut.
Sementara kasus lainnya yang tak kalah penting dan berbahaya, yakni terkena HIV/AIDS ada dialami anak baru lahir seperti terjadi di Jawa Tengah, kata Noldy.
Lebih lanjut ia mengakatan, faktor penyebab narkoba saat ini bukan karena "broken home" lagi, tetapi sekarang dianggap sebagai suatu kesenangan dan untuk tenar serta pergaulan modern.
Berdasarkan data hingga September 2005 ini kasus narkoba di Indonesia mencapai 12.256 kasus yang terdiri atas narkotika 6.179 kasus, psikotropika 5.143 kasus dan bahan adiktiv lainnya 934 kasus.
Panda tahun 2004 lalu tercatat hanya 8.409 kasus yang terdiri atas narkotika 3.874 kasus, psikotropika 3.887 kasus dan bahan adiktiv 648 kasus, katanya.
Sementara untuk HIV/AIDS hingga 30 September 2005 tercatat 8.250 kasus, terdiri atas AIDS sebanyak 4.186 kasus dan infeksi HIV 4.064 kasus, sedangkan akibat jarum suntik 1.074 kasus.
Untuk mengantisipasi narkoba ini ada rumah dampingan dan anak-anak jalan diberikan kesempatan sekolah, artinya dalam mengatasi hal ini diperlukan kerjasama dari semua pihak, tambahnya. (*/rit)

81.702 Pelajar Indonesia Gunakan Narkoba

Samarinda (ANTARA News) - Jumlah pengguna Narkoba di Indonesia tiap tahun terus meningkat sehingga mengancam masa depan generasi muda, bahkan tercatat sebanyak 81.702 di antaranya adalah pelajar di lingkungan SD, SMP dan SMA.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Pusat Pencegahan Narkotika dari Badan Narkotika Nasional (BNN), Irjen Pol. Mudji Waluyo, dalam paparannya tentang pemanfaatan teknologi informasi untuk sosialisasi Program Pencegahan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN), di ruang serba-guna gedung Gubernur Kalimantan Timur, Samarinda, Selasa.

Dalam paparannya, Mudji mengatakan BNN mencatat jumlah pengguna Narkoba dari pelajar SD pada tahun 2006 berjumlah 8.449 orang. Jumlah tersebut meningkat lebih dari 100 persen dari tahun sebelumnya yang tercatat sebanyak 2.542 orang.

Lonjakan yang paling tinggi terjadi pada jumlah pengguna di lingkungan SMP dan SMA yang kini mencapai 73.253 orang. Padahal pada tahun 2004, jumlah pengguna narkoba masing-masing sebanyak 9.206 orang dan meningkat tajam pada tahun 2005 menjadi 19.489 orang.

"Angka ini adalah data dan fakta tentang penyalahgunaan narkoba di Indonesia, dan yang menjadi ancaman adalah generasi muda khususnya pelajar," katanya.

Ia menjelaskan faktor utama yang menyebabkan remaja menyalahgunakan narkoba dimulai dari pengaruh lingkungan (86 persen), sekedar iseng atau coba-coba (74,15 persen), pola asuh yang otoriter (70 persen), pengaruh dari teman sebaya (51,14 persen), dan pengaruh filem dan TV (47,15 persen).

Ia berharap adanya dukungan dari seluruh pihak dalam menyelamatkan generasi muda sebagai penerus bangsa dari kehancuran akibat ancaman bahaya narkoba.

BNN telah melukan survei menurut pendapat remaja dan menunjukkan bahwa keluarga berperan besar untuk mencegah terjadinya perilaku penyimpangan penggunaan narkoba.

Hal itu terlihat dari keteladanan orang tua menjadi cara terampuh bagi para remaja untuk membentengi dari narkoba (59 persen). Kemudian diikuti dengan pendidikan agama dalam keluarga (47 persen), disiplin dalam keluarga (32,44 persen), dan hubungan keluarga yang harmonis (28,32 persen).(*)
Copyright © 2007 ANTARA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar