Mengenai Saya

Foto saya
Depok, White Town, Christmas Island
Manusia Biasa

Selasa, 18 Agustus 2009

Narkoba Sama Dahsyatnya dengan Gempa dan Tsunami

Narkoba Sama Dahsyatnya dengan Gempa dan Tsunami

Jakarta, isekolah.org Masyarakat Indonesia mestinya menyikapi bahaya Narkoba seperti menghadapi gempa dan tsunami karena dampak penyalahgunaan obat-obatan terlarang itu sama dahsyatnya dengan bencana alam, kata Koordinator Satuan Tugas IV Badan Narkotika Nasional (BNN), Bambang Haryoko, di Jakarta, Rabu.

Ia menyatakan hal itu pada acara "Masa Depan Anak Tanpa Narkoba" dan peluncuran buku "Pencegahan Dan Penanggulangan Narkoba" yang diselenggarakan Balai Pustaka untuk menyambut peringatan Hari Anti-narkoba Internasional yang jatuh pada 26 Juni.

"Narkoba juga bencana nasional yang mengancam bangsa Indonesia, bukan hanya gempa bumi, tsunami, dan sebagainya. Karena itu harus diwaspadai dan ditanggulangi," kata Bambang yang bertanggung jawab terhadap masalah penyebaran informasi dan sarana komunikasi BNN itu.

Ia mengatakan, tanpa kepedulian dari seluruh lapisan masyarakat, penyalahgunaan dan peredaran narkoba akan sulit dibendung. Memerangi narkoba harus dimulai dari pranata sosial yang paling kecil yaitu keluarga dan lingkungan.

"Semua anggota masyarakat harus terjun langsung, jangan hanya menganggap memerangi narkoba merupakan tugas pemerintah," katanya.

Ia mengatakan, BNN telah membuat program kampanye memerangi narkoba untuk tahun ini sehubungan dengan Hari Anti-narkoba Internasional yaitu dengan memperkenalkan bahaya narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) itu terhadap pelajar yang dimulai dari tingkat Sekolah Dasar.

Berdasarkan data yang diperoleh BNN, konsumen narkoba yang potensial adalah pelajar dan mahasiswa.

Hasil penelitian tahun 2003 menunjukkan sebanyak 5,8 persen dari 13.710 pelajar dan mahasiswa di Indonesia pernah menggunakan narkoba, katanya.

Selain ditujukan untuk memerangi penyalahgunaan dan peredaran narkoba guna melindungi generasi bangsa, BNN juga mengharapkan kampanye anti-narkoba akan menekan angka penularan infeksi HIV/AIDS, katanya.

"Angka HIV/AIDS di Indonesia terkonsentrasi pada sub-populasi tertentu, termasuk kelompok penyalahgunaan narkoba," katanya.

Berdasarkan data statistik yang dikeluarkan Depkes RI, terdapat 1.134 kasus AIDS dan 179 HIV di Indonesia antara Oktober dan Desember 2005, katanya.

Secara kumulatif, sejak 1 Oktober 1987 hingga Desember 2005, terdapat 4.244 kasus HIV dan 5.321 AIDS dengan angka kematian 1.332 jiwa. Di antara para penderita itu adalah mereka yang menyalahgunakan narkoba, katanya.

(Sumber: analisadaily.com/Ant)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar